
Menilik Sejarah : Hari Buku Nasional
Ngawi, kab-ngawi.kpu.go.id – Setiap tanggal 17 Mei, Indonesia memperingati Hari Buku Nasional, sebuah momentum penting untuk mengingatkan kembali arti penting literasi dalam membangun peradaban dan kemajuan bangsa.
Hari Buku Nasional pertama kali dicetuskan pada tahun 2002 oleh Menteri Pendidikan saat itu, Abdul Malik Fadjar. Penetapan tanggal 17 Mei ini bertepatan dengan peringatan berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 17 Mei 1980.
Tujuan utama peringatan Hari Buku Nasional adalah untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia, sekaligus mengangkat kembali peran penting buku sebagai sumber ilmu, inspirasi, dan refleksi kehidupan. Buku tidak hanya menjadi media transfer pengetahuan, tetapi juga menjadi alat untuk memperkuat karakter dan wawasan kebangsaan.
Namun demikian, berdasarkan beberapa survei nasional dan internasional, minat baca masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Survei dari Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2022 menunjukkan bahwa kemampuan literasi siswa Indonesia masih berada di bawah rata-rata negara-negara OECD (Organization for Economic Cooperation and Development atau Organisasi untuk Kerja Sama dan Pertumbuhan Ekonomi).
Sementara dari data Perpusnas RI, tingkat kunjungan perpustakaan dan konsumsi buku meningkat dalam beberapa tahun terakhir, namun belum cukup merata di seluruh wilayah. Pada tahun 2023, indeks kegemaran membaca Indonesia mencapai 63,9 poin, meningkat dari tahun sebelumnya, namun masih menyisakan tantangan besar dalam pemerataan akses buku dan literasi digital.
Hari Buku Nasional menjadi pengingat bahwa upaya literasi harus dilakukan secara kolektif oleh pemerintah, lembaga pendidikan, instansi, komunitas, hingga individu.
Meningkatkan budaya membaca berarti membuka lebih banyak pintu untuk kemajuan, memperkuat demokrasi, dan menciptakan sumber daya manusia yang berpikir kritis dan bijak dalam mengambil keputusan, baik dalam konteks kehidupan berbangsa maupun berpolitik.
Mari jadikan Hari Buku Nasional sebagai momentum untuk lebih mencintai buku, memperluas wawasan, dan memperkuat kualitas kepemimpinan nasional dan daerah melalui budaya literasi. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang membaca, mencatat, dan belajar dari perjalanan sejarahnya. (dari berbagai sumber)